tulisan lama...sangat lama..
ditulis di Malang
23-12-2011.09.48 WIB
Lama
sudah tak berjumpa dengan dunia tulis menulis. Sebenarnya menyenangkan
juga bisa berbagi cerita, menuangkan perasaan lewat rangkaian kata.
Namun, apalah daya, waktu seolah tak berpihak pada saya.
Oke
langsung saja..disini saya mau berbagi cerita tentang sebuah perjalanan
menuju tengah pulau jawa. Tepatnyaa di kota SOLO/SALA/SURAKARTA.
Bersama teman-temanku Gycentium Credas Disorator tercinta untuk
mengunjungi makam salahsatu sahabat kami AFIQ RASHIF (semoga Allah
melapangkan kuburnya, mengampuni dosanya, dan menerima segala amal
perbuatannya di dunia).
Serpong 17 Desember 2011,
Perjalanan
dimulai pada hari Sabtu, 17 Desember 2011 hari yang sama ketika raport
semester 1 dibagikan. Kami sekitar ber-80an (lupa jumlah pastinya
berapa) dengan di ketuai oleh M.Irfan dan di damping oleh Pak Away serta
Bu Tini berangkat dari kampus Insan Cendekia sekitar pukul 16.00 WIB.
Diawali dengan perjalanan menuju stasiun Rawa Buntu menunggu KRL yang
akan membawa kami ke Tanah Abang.
Akhirnya
tiba juga di stasiun Tanah Abang. Nyampe stasiun waktu sudah
menunjukkan pukul 17.45 dan beberapa menit kemudia adzan Maghrib
memanggil kita untuk segera melaksanakan ibadah kepada-Nya. Memasuki
toilet stasiun. Saya terheran2 karena ada bapak2 yang berjaga di depan
toilet. Saya melihat orang yang keluar toilet memberikan uang
kepadanaya. Sebenarnya ini hal biasa, dimana2 memakai jasa toilet harus
bayar. Tapi jelas2 di depan toilet ada tulisan besar (benar2 besar)
“TOILET GRATIS”, ya memang inilah Indonesia.
Pukul
19.30 kereta api (yang namanya apa saya lupa) yang kami tumpangi pun
bersiap berangkat. Tapi teman2…mbak Nikari ternyata hampir tertinggal
kereta. Betapa hebohnya kami (lebay sih, paling yang heboh beberapa
sedang yang lain sibuk kegerahan). Tapi Alhamdulillah ya..mbak Nikari
ngga jadi tertinggal kereta dan beberapa saat setelah kedatangan mbak
Nikari, keretapun berangkat…tuut..tuuuut..
Oh
iya, bicara tentang kegerahan, nih saya belum cerita. Kereta yang kami
tumpangi adalah kereta Ekonomi non AC. Mengingat kantong anak sekolah
yang tipis ya ta apalah naik ekonomi, yang penting tetap bersama GYCEN
(ceileee).
Ternyata
apa yang saya presentasikan dulu dalam pelajaran Akidah benar adanya.
Seseorang akan nampak tabiat aslinya dalam melakukan safar (red:
perjalanan). Contohnya, orang yang suka tidur, dari awal kreta berjalan
hingga kreta tiba di tujuan tak sedikitpun membuka matanya (alias
tidur). Orang yang ngga betah diem, akan sering meninggalkan bangkunya
untuk sekedar berjalan2 sekalian malakin makanan orang. Orang yang ngga
suka panas (ngapain naik ekonomi??), akan mencari-cari arah datangnya
angin entah itu dari mana. Dan orang pintar, pasti membawa tolak angin,
bukan ding maksud saya membawa buku kemana mana (entah itu dibaca ato
engga, yg penting bawa). Dan masih banyak lagi tabiat orang dalam kereta
(red:ekonomi). Tapi semoga itu bukan anda, karena saya hanya memberikan
contoh saja, kalopun anda merasa, maka maafkanlah saya (hhe).
Ada lagi cerita, tentang si Bencong pengamen
kreta. Dia (red:bencong) masuk ke gerbong kami dan menggoda para bocah
lelaki. Hii geli sekali. Dialah yang telah membuat heboh gerbong kami.
Akhirnya dia berlalu. Dan gerbong kamipun tetap ramai selalu.
Solo, 18 Desember 2011
Dan
cerita tentang kereta ekonomipun berakhir. Akhirnya tiba juga kami di
stasiun solo. Walaupun cape nian badan ini, namun udara pagi solo
membuat kami terus bersemangat. Detik demi detikpun berlalu begitu
cepat, setelah melepas lelah di penginapannya mbak canny kamipun bersiap
menuju makam alm.Afiq. rombongan kami dibagi menjadi beberapa cloter
pemberangkatan. Untung saja makamya ngga terlalu jauh, jadi ngga perlu
nunggu lama-lama.
Di
makam Afiq, ternyata sudah banyak keluarganya yang menunggu disana.
Betapa baiknya keluarga Afiq, ayah,ibu dan adiknya yang rela
mengorbankan waktu untuk bertemu dengan teman2 Afiq. Setelah mendoakan
Afiq, rombongan pun kembali ke penginapannya mbak canny.
Setelah
makan siang dan lain sebagainya, kamipun berkumpul di ruang tengah
bersama Gycen, Pak Away, Bu Tini, keluarga mbak Canny serta keluarga
Afiq. Dalam pertemuan kali ini, banyak dari kami yang tak bisa menahan
linangan air mata. Semua yang diucapkan orangtua Afiq semua harapan
mereka pada kami yang telah mereka anggap sebagai anak sendiri, semua
cerita mereka tentang Afiq, semua itu sungguh siapapun yang mendengar
pasti akan terharu dan meneteskan air mata (walaupun ada juga yang jaim ngga mau kelihatan nangisnya).
Setelah semuanya
usai, beberapa anak langsung meninggalkan penginapan menuju JOGJA. Ada
yang dijemput sodaranya, ada yang main main ngga jelas, ada yang nge galau,
namun semua kegiatan yang mereka ada-adain buat ngisi waktu kosong itu
akhirnya bersatu dalam sebuah kompetisi pemancingan ikan(red:lele) yang
diprakarsai oleh sodara Nabil dan Rosyid. Look at this pictures!
Hebatnya
si Nabil yang dapat memancing begitu banyak ikan lele dalam waktu
singkat namun sayangnya banyak dari ikan lele tersebut yang kembali
dilepaskan ke empang (mending dimakan bil :P).
Yaah…akhirnya
setelah si Nabil heboh dengan pancingannya, anak-anak lain pun jadi
tertarik untuk memancing. Kebanyakan dari mereka berhasil mendapatkan
ikan.
Namun
lain hal lain cerita dan lain nasib dengan bocah satu ini. Dialah si
Marsya (red:moh. Ariq Syauqi) yang tak kunjung mendapatkan satu ikanpun
padahal dia sudah berjongkok lebih dari setengah jam. Namun dengan tetap
ceria, berharap ada seekor ikan bego yang akan memakan umpan
rotinya(ato apa ya saya lupa, yg jelas bukan umpan beneran), arikpun
tetap setia menunggu si ikan datang, meskipun anak anak lain sudah sibuk
menyaipkan bakaran dan tak lagi sibuk memancing ikan.
Jeng
jeng jeng….akhirnya, umpan si Arik nyantol juga ke mulut sebuah ikan,
kayaknya ikan itu merasa kasihan pada arik dan rela mengorbankan dirinya
agar si arik ngga disitu aja di atas empang nungguin ada ikan yang
makan umpannya. Dan si Arikpun mendapat ikan lele paling gede berkat
kesabarannya menunggu. Selamat ya Arik :D
Setelah
semua ikan berhasil dipancing. Nabil sang pemancing sekaligus penjagal
ikan beserta kru pun segera membunuh(sadis amat ya bahasanya) ikan ikan
tersebut untuk kemudian dibersihkan, dibakar dan dimakan. Alamaaak
untung saja ada si Oji sang koki yang bisa masak, coba kalo yang masak
model model kaya arik atau nabil atau saya sendiri lah…haha..jadi apa
nasib si lele nanti?
Hari menjelang malam. Sayup sayup terdengar adzan maghrib berkumandang.
Semua kegiatan ditinggalkan. Shalat maghribpun dilaksanakan. Setelah
semua usai melaksanakan shalat maghrib, kami pun menuju ruang tengah
untuk menikmati santap malam.
Setelah
melakukan santap malam dan menunaikan shalat isya’. Saya, Izzah, Daus
dan kawan kawan rombongan pare yang diketuai Pyan berpamitan untuk
melanjutkan perjalanan menuju timur pulau Jawa. Hari yang menyenangkan
pun berakhir sudah. Rombongan Pare meninggalkan penginapan menggunakan
sebuah angkot yang diisi oleh 16 orag. Bayangkan..
Di
penginapan, tersisa anak-anak Jakarta yang menunggu hari esok untuk
jalan-jalan ke JOGJA sekaligus menunggu datangnya kereta dari stasiun
Tugu menuju kota halaman Jakarta. Inilah dua hari yang sangat
sangat menyenangkan. Dua hari yang begitu berarti dan tak terlupakan.
Dua hari yang telah memberiku arti sebuah keluarga dan persahabatan. Dua
hari yang indah. Dua hari bersama GYCENku GYCENku ooo. Dua hari untuk
sahabat kami Afiq yang kan selalu teringat dan lekat dalam hati.