إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Muharraman Gycen Region Joglosemar

Wisuda angkatan XV GRADIATOR Insan Cendekia Boarding School

sosissonice ke rumah miss eneng. jalan2 abis UN :)

Gradiator ke taman Matahari Bogor sebelum UN :)

reuni kelas unggulan 2011 :)

stakeholder together forever :)

Pertamina Tower FEB UGM

Insan Cendekia Serpong

Gradiator-Never Broken Always Unite

Senin, 08 Desember 2014

Cerita Dari kota Solo

tulisan lama...sangat lama..
ditulis di Malang
23-12-2011.09.48 WIB 
 
Lama sudah tak berjumpa dengan dunia tulis menulis. Sebenarnya menyenangkan juga bisa berbagi cerita, menuangkan perasaan lewat rangkaian kata. Namun, apalah daya, waktu seolah tak berpihak pada saya.
Oke langsung saja..disini saya mau berbagi cerita tentang sebuah perjalanan menuju tengah pulau jawa. Tepatnyaa di kota SOLO/SALA/SURAKARTA. Bersama teman-temanku Gycentium Credas Disorator tercinta untuk mengunjungi makam salahsatu sahabat kami AFIQ RASHIF (semoga Allah melapangkan kuburnya, mengampuni dosanya, dan menerima segala amal perbuatannya di dunia).
Serpong 17 Desember 2011,
Perjalanan dimulai pada hari Sabtu, 17 Desember 2011 hari yang sama ketika raport semester 1 dibagikan. Kami sekitar ber-80an (lupa jumlah pastinya berapa) dengan di ketuai oleh M.Irfan dan di damping oleh Pak Away serta Bu Tini berangkat dari kampus Insan Cendekia sekitar pukul 16.00 WIB. Diawali dengan perjalanan menuju stasiun Rawa Buntu menunggu KRL yang akan membawa kami ke Tanah Abang.
Akhirnya tiba juga di stasiun Tanah Abang. Nyampe stasiun waktu sudah menunjukkan pukul 17.45 dan beberapa menit kemudia adzan Maghrib memanggil kita untuk segera melaksanakan ibadah kepada-Nya. Memasuki toilet stasiun. Saya terheran2 karena ada bapak2 yang berjaga di depan toilet. Saya melihat orang yang keluar toilet memberikan uang kepadanaya. Sebenarnya ini hal biasa, dimana2 memakai jasa toilet harus bayar. Tapi jelas2 di depan toilet ada tulisan besar (benar2 besar) “TOILET GRATIS”, ya memang inilah Indonesia.
Pukul 19.30 kereta api (yang namanya apa saya lupa) yang kami tumpangi pun bersiap berangkat. Tapi teman2…mbak Nikari ternyata hampir tertinggal kereta. Betapa hebohnya kami (lebay sih, paling yang heboh beberapa sedang yang lain sibuk kegerahan). Tapi Alhamdulillah ya..mbak Nikari ngga jadi tertinggal kereta dan beberapa saat setelah kedatangan mbak Nikari, keretapun berangkat…tuut..tuuuut..
Oh iya, bicara tentang kegerahan, nih saya belum cerita. Kereta yang kami tumpangi adalah kereta Ekonomi non AC. Mengingat kantong anak sekolah yang tipis ya ta apalah naik ekonomi, yang penting tetap bersama GYCEN (ceileee).
Ternyata apa yang saya presentasikan dulu dalam pelajaran Akidah benar adanya. Seseorang akan nampak tabiat aslinya dalam melakukan safar (red: perjalanan). Contohnya, orang yang suka tidur, dari awal kreta berjalan hingga kreta tiba di tujuan tak sedikitpun membuka matanya (alias tidur). Orang yang ngga betah diem, akan sering meninggalkan bangkunya untuk sekedar berjalan2 sekalian malakin makanan orang. Orang yang ngga suka panas (ngapain naik ekonomi??), akan mencari-cari arah datangnya angin entah itu dari mana. Dan orang pintar, pasti membawa tolak angin, bukan ding maksud saya membawa buku kemana mana (entah itu dibaca ato engga, yg penting bawa). Dan masih banyak lagi tabiat orang dalam kereta (red:ekonomi). Tapi semoga itu bukan anda, karena saya hanya memberikan contoh saja, kalopun anda merasa, maka maafkanlah saya (hhe).
Ada lagi cerita, tentang si Bencong pengamen kreta. Dia (red:bencong) masuk ke gerbong kami dan menggoda para bocah lelaki. Hii geli sekali. Dialah yang telah membuat heboh gerbong kami. Akhirnya dia berlalu. Dan gerbong kamipun tetap ramai selalu.
Solo, 18 Desember 2011
Dan cerita tentang kereta ekonomipun berakhir. Akhirnya tiba juga kami di stasiun solo. Walaupun cape nian badan ini, namun udara pagi solo membuat kami terus bersemangat. Detik demi detikpun berlalu begitu cepat, setelah melepas lelah di penginapannya mbak canny kamipun bersiap menuju makam alm.Afiq. rombongan kami dibagi menjadi beberapa cloter pemberangkatan. Untung saja makamya ngga terlalu jauh, jadi ngga perlu nunggu lama-lama.
Di makam Afiq, ternyata sudah banyak keluarganya yang menunggu disana. Betapa baiknya keluarga Afiq, ayah,ibu dan adiknya yang rela mengorbankan waktu untuk bertemu dengan teman2 Afiq. Setelah mendoakan Afiq, rombongan pun kembali ke penginapannya mbak canny.
Setelah makan siang dan lain sebagainya, kamipun berkumpul di ruang tengah bersama Gycen, Pak Away, Bu Tini, keluarga mbak Canny serta keluarga Afiq. Dalam pertemuan kali ini, banyak dari kami yang tak bisa menahan linangan air mata. Semua yang diucapkan orangtua Afiq semua harapan mereka pada kami yang telah mereka anggap sebagai anak sendiri, semua cerita mereka tentang Afiq, semua itu sungguh siapapun yang mendengar pasti akan terharu dan meneteskan air mata (walaupun ada juga yang jaim ngga mau kelihatan nangisnya).
Setelah semuanya usai, beberapa anak langsung meninggalkan penginapan menuju JOGJA. Ada yang dijemput sodaranya, ada yang main main ngga jelas, ada yang nge galau, namun semua kegiatan yang mereka ada-adain buat ngisi waktu kosong itu akhirnya bersatu dalam sebuah kompetisi pemancingan ikan(red:lele) yang diprakarsai oleh sodara Nabil dan Rosyid. Look at this pictures!
Hebatnya si Nabil yang dapat memancing begitu banyak ikan lele dalam waktu singkat namun sayangnya banyak dari ikan lele tersebut yang kembali dilepaskan ke empang (mending dimakan bil :P).
Yaah…akhirnya setelah si Nabil heboh dengan pancingannya, anak-anak lain pun jadi tertarik untuk memancing. Kebanyakan dari mereka berhasil mendapatkan ikan.
Namun lain hal lain cerita dan lain nasib dengan bocah satu ini. Dialah si Marsya (red:moh. Ariq Syauqi) yang tak kunjung mendapatkan satu ikanpun padahal dia sudah berjongkok lebih dari setengah jam. Namun dengan tetap ceria, berharap ada seekor ikan bego yang akan memakan umpan rotinya(ato apa ya saya lupa, yg jelas bukan umpan beneran), arikpun tetap setia menunggu si ikan datang, meskipun anak anak lain sudah sibuk menyaipkan bakaran dan tak lagi sibuk memancing ikan.
Jeng jeng jeng….akhirnya, umpan si Arik nyantol juga ke mulut sebuah ikan, kayaknya ikan itu merasa kasihan pada arik dan rela mengorbankan dirinya agar si arik ngga disitu aja di atas empang nungguin ada ikan yang makan umpannya. Dan si Arikpun mendapat ikan lele paling gede berkat kesabarannya menunggu. Selamat ya Arik :D
Setelah semua ikan berhasil dipancing. Nabil sang pemancing sekaligus penjagal ikan beserta kru pun segera membunuh(sadis amat ya bahasanya) ikan ikan tersebut untuk kemudian dibersihkan, dibakar dan dimakan. Alamaaak untung saja ada si Oji sang koki yang bisa masak, coba kalo yang masak model model kaya arik atau nabil atau saya sendiri lah…haha..jadi apa nasib si lele nanti?
Hari menjelang malam. Sayup sayup terdengar adzan maghrib berkumandang. Semua kegiatan ditinggalkan. Shalat maghribpun dilaksanakan. Setelah semua usai melaksanakan shalat maghrib, kami pun menuju ruang tengah untuk menikmati santap malam.
Setelah melakukan santap malam dan menunaikan shalat isya’. Saya, Izzah, Daus dan kawan kawan rombongan pare yang diketuai Pyan berpamitan untuk melanjutkan perjalanan menuju timur pulau Jawa. Hari yang menyenangkan pun berakhir sudah. Rombongan Pare meninggalkan penginapan menggunakan sebuah angkot yang diisi oleh 16 orag. Bayangkan..
Di penginapan, tersisa anak-anak Jakarta yang menunggu hari esok untuk jalan-jalan ke JOGJA sekaligus menunggu datangnya kereta dari stasiun Tugu menuju kota halaman Jakarta. Inilah dua hari yang sangat sangat menyenangkan. Dua hari yang begitu berarti dan tak terlupakan. Dua hari yang telah memberiku arti sebuah keluarga dan persahabatan. Dua hari yang indah. Dua hari bersama GYCENku GYCENku ooo. Dua hari untuk sahabat kami Afiq yang kan selalu teringat dan lekat dalam hati.

Gundukan Hitam, Bukit Asam

tulisan lama...sangat lama..

-Perjalanan ke Lampung part II-

Inilah Pulau Sumatera!!!
Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 5,5 jam, tibalah kami di pelabuhan Bakauheuni, Lampung. Perjalanan darat kembali dilanjutkan dengan tujuan hotel Amarta Agung Indah yang berlokasi di Jl. Trans Sumatera-Bakauheuni.
            09.50 WIB
Rabu, 1 Februari 2012

[hotel Amarta]
            Akhirnya tiba juga di hotel Amarta. Sekedar menurunkan barang-barang bawaan, mencari kamar dan sedikit melemaskan badan setelah 8 jam menempuh perjalanan panjang. Tanpa mandi, perjalanan kembali dilanjutkan. Tujuan hari ini adalah studi lapangan ke perusahaan batubara Bukit asam dan perusahaan Indofood cabang Lampung.
            10.30 WIB
Bus melaju meninggalkan hotel menuju PT.Bukit Asam. kurang dari setengah jam perjalanan, tibalah kami di perusahaan batubara Bukit Asam. Kamipun disambut oleh beberapa staf perusahaan dan kemudian dipersilahkan untuk memasuki gedung serba guna (GSG). Di GSG ini kami mendengarkan presentasi tentang PT.BA dari mulai sejarah, proses produksi dan lain sebagainya. Ngantuk? Iyalaah, saya sudah mulai tak konsentrasi mendengarkan presentasi. Untung saja acara dalam GSG tak berlangsung lama. Dilanjutkan dengan studi lapangan melihat langsung proses produksi. Dan semangatpun datang kembali. Dengan bus perusahaan, dari kantor PT.BA kami melanjutkan perjalanan ke area penghancuran batubara.
[area penghancuran batubara]
Hitam. Semua serba hitam. Gundukan hitam bak bukit dengan ketinggian lebih dari 5 meter (maaf saya sotoi). Itulah batubara. Menuruni bus, sinar matahari menyengatkulit, semakin panas. Disini saya menyadari bahwa ternyata Sumatra begitu panas.
            Proses pertama yang kami lihat setelah menuruni bus adalah bongkar muatan batubara yang dibawa oleh KA Babaranjang (batubara rangkaian panjang) yang didatangkan dari pusat pertambangan batubara di Tanjung Enim, sumatera selatan. Dan disinilah saya baru mengetahui bahwa ternyata tak ada proses pertambangan di area bukit asam ini, yang ada hanyalah proses penghancuran batubara dari bongkahan-bongkahan besar menjahi bongkahan kecil berukuran 100 mili.
            “Tak ada kimia apapun, kami hanya menghancurkan untuk kemudian di distribusikan” kata seorang pemandun kami.
Tiba-tiba ada panggilan berkumpul, kami disuruh menaiki bus lagi. Saya kira acara lapangan telah usai, tapi ternyata bus melaju menuju pelabuhan Tarahan, terlihat laut begitu luas di depan sana.
[pelabuhan Tarahan]
            Inilah pelabuhan yang sengaja dibangun untuk mendistribusikan batubara yang telah di hancurkan. Ternyata 80% hasil produksi didistribusikan untuk industry lokal terutama untuk menyuplai kebutuhan batubara PLTU Suralaya yang berada di prop. Banten. Dan baru 20% sisanya di ekspor ke beberapa negara seperti Jepang, China, Taiwan, Malaysia, Pakistan dan india. Sekitar pukul 12.30 WIB kami melanjutkan kunjungan ke Indofood. Sampai disini, saya belum mendapatkan apa yang sesungguhnya saya inginkan.

Itu Sumatera!!!

Tulisan lama...sangat lama..

-perjalanan ke Lampung part 1-

     Ini cerita tentang perjalanan Gycen ke ujung selatan pulau Sumatera. Yak, propinsi Lampung lebih tepatnya. Studi kolaboratif terakhir di Insan Cendekia, semoga menjadi salah satu kenangan yang tak terlupa.
langsung saja...
Selasa, 31 Januari 2012
[di sekolah]
Berasa nggak ada beban. Padahal ada 2 ulangan. Pikiran entah kemana. Benar-benar galau, ingin hari itu cepat berlalu. Alhamdulillahnya, guru-guru menyadari kegalauan para muridnya. Jadi sore itu, nggak ada yang namanya INTENSIF buat kelas 3. Seneng? iyalah...
     Hari itu benar-benar hari supersibuk, sibuk nyiapin segalanya buat esok. Studi Kolaboratif terakhir. Ada yang bantuin guru-guru bungkusin makanan, ada yang packing-packing barang dan lain sbagainya. Yang saya critakan barusan adalah kegiatan para siswi yang bisa dikata rajin (m'muji siswi karena saya siswi). tapi entah para siswa pada ngapain, kata-katanya sih pada maen bola, entah bner ato nggak.
     Malam rabu.. smakin mendekati hari Rabu. banyak aktivitas dilakukan untuk sekedar menghabiskan waktu malam. Sebagian tertidur lelap sebagian tetap terjaga hingga hari berganti, Menunggu Pagi....dan tibalah saatnya...
     00.01 WIC
Rabu, 1 Februari 2012
[asrama gd.H]
Hari pertama di bulan Februari, kali pertama bangun tengah malam tuk sekedar mandi. Kurang kerjaan? Oh...tidak...ini namanya persiapan yang sempurna. Hahaha..Dan tibalah saatnya dimana kami berkumpul di masjid untuk shalat tahajud bersama sebelum keberangkatan menuju pulau Sumatera.
[lapangan upacara]
Tiga bus pariwisata terlihat mewah di tengah gelapnya lapangan upacara. Berbeda 180 drajat dengan bus yang digunakan untuk homestay ke Purwakarta. ya iyalaaaah...Setelah mencari tempat duduk, tujuan berikutnya adalah KOPINMA. Ramai? tentu saja..
     kembali ke lapangan upacara. Pengarahan, cek peserta, serta do'a bersama telah dilaksanakan. Tibalah waktunya memasuki bus dan meninggalkan kampus Insan Cendekia.
     02.00 WIB
Kami pergi untuk kembali....
[beberapa menit kemudian]

krik..krik.. sepi
Semua kembali terlelap dalam indahnya mimpi. Begitu pula dengan saya. Tiba-tiba bus berhenti, terasa udara dalam bus dingin menusuk tulang. Ternyata kami telah tiba di pelabuhan merak, kala itu waktu menunjukkan pukul 04.20.

Lama kami menunggu, akhirnya bus kamipun memasuki kapal penyebrangan selat Sunda. Kapal Menggala tepatnya.
            Tujuan utama pagi itu setelah memasuki kapal adalah mencari mushola. Tentunya untuk melaksanakan kewajiban subuh. Ternyata mushola ada di puncak kapal. Sambil menunggu mengambil wudhu, saya dan beberapa teman berjalan berkeliling kapal. Subhanallah.. indah sekali alam ciptaan-Nya. Kami bisa melihat dengan jelas indahnya alam dari atas sana.

[di tengah laut, Selat Sunda]
Hari itu cuaca benar-benar bersahabat. Tak ada gelombang besar, tak ada hujan dan awan hitam. Terlihat sunrise yang begitu menawan dari ufuk timur. Itulah, saat-saat matahari mulai menyingsingkan sinarnya. Sinar yang berusaha menembus gumpalan awan pagi. Mencari celah tuk bangkitkan kehidupan. Pagi yang indah.
Tak terasa, pelabuhan Bakauheuni telah nampak di depan mata. Tugu selamat datang Lampung nampak begitu kokoh di atas daratan sana. Dan…
07.30 WIB
[pelabuhan Bakauheuni]
            Kapal kamipun tiba di pelabuhan Bakauheuni. Sebelum kembali ke bus, kami berfoto bersama se-angkatan, yang kemudian dilanjutkan dengan foto kelas masing-masing. Kapalpun kemudian merapat ke pelabuhan. Bus kami mengantre kluar bersama dengan truk-truk besar. Di ujung sana, Pulau Jawa sudah tak terlihat. Dan inilah tanah Sumatera… akhirnya..

Gus Dur: Sang bapak Tionghoa

Siapa yang tak kenal dengan Gus Dur? Sapaan akrab untuk Kiai Haji Abdurrahman Wahid berciri khas pakaian sederhana, peci dan sarung. Tentu kita semua mengenalnya. Ya, dibalik sosok beliau yang sederhana beliau adalah seorang tokoh Muslim dan cendekiawan Indonesia sekaligus pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia keempat dari tahun 1999 hingga 2001 menggantikan Presiden B. J. Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999.
Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur pada tangggal 7 September 1940. Beliau meninggal pada tanggal 30 Desember 2009 di usia 69 tahun. Siapa sangka, nama asli Gus Dur sebenarnya bukanlah nama panjang yang seperti kebanyakan orang tahu yakni Abdurrahman Wahid. Gus Dur lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. "Addakhil" sendiri berarti "Sang Penakluk". Namun, nama "Addakhil" ini tidak cukup dikenal oleh kebanyakan orang karena itu kemudian diganti dengan  nama "Wahid", dan kemudian beliau lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. Mengapa sapaan beliau menjadi Gus Dur? Karena "Gus" sendiri adalah panggilan kehormatan khas pesantren di Jawa kepada seorang anak kiai, yang memiliki arti sama dengan abang atau mas (red:Jawa). [1]
Gus Dur adalah putra dari seorang tokoh Muslim Indonesia, K.H. Wahid Hasyim terlibat juga dalam gerakan Nasionalis dan kemudian menjadi Menteri Agama pada tahun 1949. Ibunya adalah Ny. Hj. Sholehah, beliau adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Meski berlatar belakang pesantren, oleh ayahnya, Gus Dur tak hanya diajarkan tentang ilmu agama, melainkan juga diajarkan membaca buku non-Muslim, majalah, dan koran untuk memperluas pengetahuannya. Selain itu, kemampuan tulis menulis yang beliau miliki, membawa beliau kepada pekerjaan pertamanya yakni menjadi seorang jurnalis di beberapa majalah seperti Horizon dan Majalah Budaya Jaya.[2]
Di bidang agama, Gus Dur dikenal sebagai sosok pemimpin Nahdlaul Ulama. Meneruskan latar belakang keluarganya dalam NU, oleh keluarga besarnya diminta untuk berperan aktif dalam menjalankan organisasi NU. Permintaan ini berlawanan dengan keinginan Gus Dur untuk menjadi seorang intelektual publik. Beliau dua kali menolak tawaran bergabung dengan Dewan Penasehat Agama NU. Namun, Gus Dur akhirnya menerima tawaran bergabung dengan Dewan tersebut setelah kakeknya, Bisri Syansuri, memberinya tawaran ketiga. Karena mengambil pekerjaan ini, Gus Dur kemudian memilih pindah dari Jombang ke Jakarta dan menetap di sana.
Makin lama, karir beliau semakin melonjak hingga beliau terpilih menjadi Presiden RI ke-4 yang pada saat itu menggantikan posisi Presiden B.J Habibie. Kepemimpinan Gus Dur pun mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak. Tak hanya dukungan dari golongan Muslim, Gus Dur juga mendapat dukungan dari masyarakat Tionghoa karena pada bulan Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur nasional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Kebijakan Gus Dur ini didasari karena beliau menyatakan bahwa beliau juga merupakan keturunan Tionghoa. Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. Gus Dur mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak. Kemudian, Gus Dur dinobatkan sebagai "Bapak Tionghoa" oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, yang selama ini dikenal sebagai kawasan Pecinan pada tanggal 10 Maret 2004.[3]
Begitulah sosok seorang Gus Dur yang seringkali juga menciptakan berbagai kontroversi dari setiap kebijakan yang beliau ambil. Namun, perjalanan hidup tak selalu mulus. Masa kepemimpinan Gus Dur berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat pada tanggal 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR.





[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Abdurrahman_Wahid
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Abdurrahman_Wahid

Pancasila: Dari Sejarah Hingga Masalah

Siapa yang tidak mengenal Pancasila? Dari jenjang pendidikan dasar hingga perkuliahan, bangsa Indonesia telah dikenalkan dengan Pancasila. Bahkan, pendidikan Pancasila merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ada dalam tiap jenjang pendidikan. Sebagian orang menganggap bahwa Pancasila begitu sakral, suatu yang begitu dihormati, wajib dihafal dan dipatuhi tentang apa yang telah diatur di dalamnya. Sebagian yang lain menganggap bahwa Pancasila hanyalah merupakan kenang-kenangan sejarah yang kemudian dijadikan sebagai dasar negara Indonesia, pihak ini tidak menentang, tapi hanya tak peduli. Namun, di lain pihak muncul orang-orang yang tidak sepihak atau menolak akan adanya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Dalam pelajaran sejarah telah dijelaskan tentang Partai Komunis Indonesia yang menginginkan mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi Komunis. Begitu pula dengan kasus kudeta DI/TII yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan mendirikan sebuah negara Islam yang sesuai dengan syariat Islam. Atau kasus pemberontakan tentara GAM yang terjadi di Aceh. Semua pemberontakan tersebut terjadi karena penolakan pihak-pihak tertentu terhadap Pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara.
Lalu, apakah sebenarnya Pancasila itu sendiri? Berdasarkan terjemahan bebas Wikipedia, Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila sendiri memiliki sejarang yang cukup panjang. Pancasial pertama kali dirumuskan pada sidang pertama BPUPKI yang dilaksanakan pada tanggal 29 Mei – 1 Juni. Sidang ini dilaksanakan untuk membicarakan tentang dasar ideologi bangsa Indonesia setelah merdeka.
Dalam upaya perumusan  Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat beberapa usulan pribadi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh dalam sidang BPUPKI yaitu :
  • ·         Lima Dasar, merupakan rumusan yang diusulkan oleh Muhammad Yamin yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Dalam pidatonya tersebut, Muhammad Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia.
  • ·         Panca Sila, merupakan rumusan yang diusulkan  oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Soekarno mengemukakan dasar-dasar Pancasila sebagai berikut: Kebangsaan, Internasionalisme, Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan, Kesejahteraan dan Ketuhanan. Nama Pancasila diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni, dalam pidatonya tersebut, Soekarno berkata:

“Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.[1]

Demikianlah, lewat proses persidangan yang dilakukan BPUPKI selama tiga hari tersebut, akhirnya Pancasila yang sebelumnya dicetuskan oleh Soekarno tersebut berhasil dirumuskan dan dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang kemudian disahkan dan dinyatakan sebagai dasar negara dan ideologi Indonesia merdeka pada tanggal 18 Agustus 1945.
Namun, sejauh ini telah terjadi berbagai protes atau pemberontakan dari beberapa kalangan tertentu menolak ditetapkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Penolakan yang sangat nampak adalah dari pihak agamis. Para pemuka Islam dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) telah menyatakan menerima gagasan Pancasila Soekarno sebagai dasar negara Indonesia merdeka karena adanya jaminan “pelaksanaan syari’at Islam bagi pemeluknya” yang tertuang dalam sila pertama.
Ketika mengemukakan dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan, Soekarno menyatakan bahwa inilah (Pancasila) tempat yang terbaik untuk memelihara agama. Ia mengajak pemuka-pemuka Islam agar turut aktif agar tercipta hukum negara yang sesuai dengan syari’at Islam. Dengan prasangka baik itulah, maka para pemuka Islam menerima gagasan Pacasila Soekarno. Di satu pihak, umat Islam Indonesia merasa puas dengan adanya sila pertama, namun di pihak lain, umat agama selain Islam merasa dirugikan dan tidak dihargai karena adanya kalimat “pelaksanaan syari’at Islam bagi pemeluknya” dalam sila pertama. Untuk itulah kemudian sila pertama diubah menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”, hal ini membuat para pemeluk agama lain di luar islam merasa puas dan merasa dihargai.
Selain itu, kita juga mengetahui bahwa selain keberagaman agama di Indonesia juga terdapat berbagai macam suku bangsa, adat istiadat. Dengan kondisi yang begitu heterogen itulah dibutuhkan sebuah ideologi yang netral namun dapat mengayomi berbagai keragaman yang ada di Indonesia. Karena itu dipilihlah Pancasila sebagai dasar negara. ­­Dan­­­ seperti yang telah dibahas dalam paragrap sebelumnya, inti masalah pada saat ini adalah bunyi dan butir pada sila pertama. Sedangkan sejauh ini tidak ada pihak manapun yang secara terang-terangan menentang bunyi dan butir pada sila kedua hingga ke lima.
Keberagaman agama dan pemeluk agama di Indonesia menjadi sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Kenyataan ini menuntut adanya kesadaran dari setiap pemeluk agama untuk menjaga keharmonisan hubungan di antara mereka. Yang harus disadari adalah bahwa bangsa Indonesia hidup dalam sebuah masyarakat dengan keyakinan agama yang beragam. Dengan demikian, semestinya tak ada satu kelompok pemeluk agama yang mau menang sendiri.




[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila